Tata Cara Penulisan Skripsi

Penulisan Opini Kontroversial

Dalam penulisan skripsi, penggunaan opini kontroversial dapat menambah kedalaman analisis dan meningkatkan diskusi, namun harus dilakukan dengan tepat. Penulisan opini kontroversial membutuhkan pendekatan yang cermat untuk memastikan bahwa skripsi Anda tetap objektif, berdasarkan fakta, dan memenuhi standar akademik.

Untuk memberikan gambaran jelas mengenai praktik penulisan mengenai opini yang kontroversial ini, silahkan lihat materi bahan pembahasan kita dibawah ini:

Demokrasi di Indonesia adalah sistem politik yang diterapkan sejak reformasi pada tahun 1998 setelah jatuhnya rejim otoriter Orde Baru yang dipimpin oleh Presiden Soeharto. Sejak itu, Indonesia telah mengadopsi sistem demokrasi multipartai dengan pemilihan umum yang bebas dan adil.

Disana, Anda melihat penggunaan istilah yang dikategorikan sebagai kontroversial, yaitu “Rezim Otoriter”.

Untuk bisa menganalisis dan mendukung opini tersebut, berikut adalah beberapa pedoman yang bisa Anda ikuti saat menuliskan opini kontroversial dalam skripsi:

1. Definisi dan Konteks

Mulailah dengan mendefinisikan secara jelas istilah atau konsep kontroversial yang akan Anda gunakan dalam skripsi. Sebagai contoh, jika menggunakan istilah “rezim otoriter,” jelaskan karakteristik-karakteristik yang membuat suatu pemerintahan dapat dikategorikan sebagai otoriter. Hal ini penting untuk menghindari ambiguitas dan memastikan bahwa pembaca memahami perspektif yang Anda gunakan.

Sebagai suatu contoh, penulisan hasil nya bisa seperti ini:

“Dalam diskusi mengenai sistem politik Indonesia, istilah ‘rezim otoriter’ sering digunakan untuk menggambarkan periode Orde Baru. ‘Rezim otoriter’ didefinisikan sebagai suatu sistem pemerintahan di mana kekuasaan politik terpusat pada satu individu atau kelompok, yang seringkali membatasi kebebasan politik dan sipil demi mempertahankan kekuasaan. Dengan memahami definisi ini, pembaca dapat lebih memahami analisis yang akan disajikan mengenai dampak politik dan sosial selama era tersebut.”

2. Penyajian Bukti

Setiap kali Anda menyatakan opini yang mungkin kontroversial, penting untuk menyertakan bukti atau referensi yang kuat untuk mendukungnya. Ini bisa berupa data dari studi terpercaya, kutipan dari sumber-sumber akademis, atau analisis dari para ahli yang diakui. Bukti yang objektif dan dapat diverifikasi meningkatkan kredibilitas argumentasi Anda dan meminimalisir bias.

Sebagai suatu contoh, penulisan hasil nya bisa seperti ini:

“Mengacu pada studi yang dilakukan oleh Smith (2020), terdapat bukti empiris yang menunjukkan bahwa selama periode Orde Baru, terjadi penurunan signifikan dalam kebebasan pers dan pengekangan terhadap aktivitas politik oposisi. Data dari Human Rights Watch menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 200 kasus penutupan surat kabar dan majalah antara tahun 1975 sampai 1998, yang menunjukkan tindakan represif pemerintah saat itu.”

3. Mengakui Perspektif Lain

Dalam membahas topik kontroversial, penting untuk mengakui adanya berbagai perspektif. Menunjukkan bahwa Anda menyadari dan mempertimbangkan sudut pandang yang berbeda tidak hanya memperkuat analisis Anda, tetapi juga menunjukkan kemampuan kritis Anda sebagai penulis akademis. Hal ini juga membantu dalam membangun diskusi yang lebih inklusif dan menyeluruh.

Sebagai suatu contoh, penulisan hasil nya bisa seperti ini:

“Meskipun banyak sumber menilai Orde Baru sebagai periode otoriter, beberapa sejarawan berpendapat bahwa kebijakan-kebijakan ekonomi di era tersebut membawa stabilisasi dan pertumbuhan ekonomi yang signifikan. Menurut Jones (1999), pertumbuhan PDB Indonesia rata-rata mencapai 7% per tahun selama dekade 1980-an, yang menandai peningkatan kesejahteraan bagi sebagian masyarakat. Penting untuk mempertimbangkan kedua perspektif ini untuk memahami kompleksitas sejarah politik Indonesia.”

4. Jelas dan Objektif

Usahakan untuk tetap objektif dan hindari bahasa yang emosional atau subjektif. Meskipun Anda mungkin memiliki pendapat pribadi yang kuat mengenai suatu isu, penting untuk menjaga bahwa penulisan Anda diarahkan oleh fakta dan analisis yang objektif. Gunakan bahasa yang netral dan fokus pada argumentasi yang didukung oleh bukti.

Sebagai suatu contoh, penulisan hasil nya bisa seperti ini:

“Studi ini bertujuan untuk menganalisis dampak kebijakan Orde Baru terhadap kebebasan sipil, tanpa bermaksud mengkritik atau memuji rezim tersebut. Analisis ini didasarkan pada data yang dikumpulkan dari arsip pemerintah dan laporan organisasi internasional, dengan tujuan memberikan gambaran yang objektif dan berimbang.”

5. Penyataan Opini sebagai Pendapat Pribadi

Jika Anda memasukkan opini pribadi, pastikan untuk jelas menyatakan bahwa itu adalah pandangan pribadi. Misalnya, Anda dapat menggunakan formulasi seperti, “Menurut interpretasi saya, fenomena ini menunjukkan ciri-ciri rezim otoriter karena…” Hal ini memberikan ruang bagi pembaca untuk memahami bahwa ini adalah interpretasi dan tidak necessarily merupakan kesimpulan yang absolut.

Sekali lagi, Jika Anda memilih untuk tidak menggunakan sitasi, sangat penting untuk jelas menyatakan bahwa karakterisasi rezim sebagai “otoriter” adalah pandangan pribadi berdasarkan interpretasi Anda terhadap peristiwa dan bukan fakta yang diakui secara luas.

Sebagai suatu contoh, penulisan hasil nya bisa seperti ini:

“Menurut penilaian penulis, berdasarkan data yang dikumpulkan dan studi terkait yang telah dikaji, dapat diinterpretasikan bahwa kebijakan-kebijakan Orde Baru memiliki dua sisi yang kontradiktif. Ini adalah pendapat pribadi penulis berdasarkan analisis yang dilakukan dalam konteks akademis ini.”

6. Referensi yang Tepat

Setiap kali Anda menyatakan fakta atau menggunakan pendapat yang sudah ada, selalu sertakan referensi yang tepat. Ini tidak hanya penting untuk kejujuran akademik dan menghindari plagiarisme, tetapi juga memberikan pembaca kesempatan untuk mengeksplorasi sumber tersebut lebih lanjut.

Sebagai suatu contoh, penulisan hasil nya bisa seperti ini:

“Sebagaimana dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh Lee (2001) yang terbit dalam Journal of Southeast Asian Studies, kebijakan pemerintah Orde Baru terhadap penanganan demonstrasi seringkali melibatkan penggunaan kekuatan berlebih. Lee (2001, hal. 152) menjelaskan bahwa ini adalah taktik yang digunakan untuk memastikan stabilitas politik yang, menurut beberapa pandangan, diperlukan untuk kemajuan ekonomi.”

Dengan mengikuti pedoman ini, Anda dapat menavigasi penulisan opini kontroversial dalam skripsi dengan lebih efektif, memastikan bahwa karya Anda diterima dengan baik oleh pembaca dan komunitas akademik.

7. Gunakan bahasa yang hati- hati

Gunakan bahasa yang menunjukkan ketidakpastian atau kemungkinan, seperti “dapat dianggap”, “mungkin”, atau “dalam pandangan saya”. Ini menunjukkan bahwa Anda menyadari ini adalah penilaian subjektif.

 

Opini Kontroversial Umum Apakah Memerlukan Sitasi?

Dalam konteks diatas, banyak pihak yang menyetujui bahwa rezim orde baru itu otoriter. Jadi, apakah tetap perlu menyertakan sitasi disana?. Jawaban nya adalah “Ya, namun tidak wajib”.

Mengenai pernyataan bahwa Presiden Soeharto memimpin sebuah “rezim otoriter”, ini adalah karakterisasi yang umumnya didukung oleh banyak sumber sejarah dan akademik, mengingat ciri-ciri pemerintahannya seperti pembatasan kebebasan pers, pengawasan politik yang ketat, dan penggunaan kekuasaan untuk menghilangkan oposisi politik.

Meskipun banyak pihak mungkin setuju bahwa rezim Orde Baru di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto memiliki ciri-ciri otoriter, dalam penulisan akademis, sangat penting untuk tetap menyertakan sitasi. Ini adalah praktik terbaik yang memenuhi beberapa tujuan penting:

  1. Validasi Klaim: Meskipun suatu fakta mungkin tampak umum diketahui atau luas diterima, dalam penulisan akademis, klaim harus selalu didukung dengan bukti konkret. Sitasi memberikan validasi tersebut, menunjukkan bahwa klaim Anda didukung oleh penelitian atau sumber yang kredibel.
  2. Konteks Akademis: Sitasi juga membantu memberikan konteks lebih mendalam mengenai bagaimana dan mengapa suatu fenomena dianggap memiliki karakteristik tertentu. Dalam kasus rezim Orde Baru, referensi ke karya-karya sejarah atau politik akan membantu pembaca memahami dasar dari karakterisasi tersebut dalam konteks yang lebih luas.
  3. Diskursus Akademis: Menyertakan sitasi juga berarti berpartisipasi dalam diskursus akademis. Dengan mengutip pekerjaan lain, Anda menunjukkan bahwa penelitian Anda terhubung dengan diskusi yang lebih luas dan menambahkan suara Anda ke dalam percakapan itu.
  4. Menghindari Asumsi: Menghindari asumsi bahwa pembaca memiliki pemahaman yang sama atau pengetahuan latar belakang tentang subjek. Sitasi memastikan bahwa semua pembaca, terlepas dari tingkat pengetahuan awal mereka, dapat mengikuti dan memverifikasi klaim yang dibuat.

Meskipun mungkin terasa seperti klaim umum yang tidak perlu disitasi, menyertakan referensi yang sesuai akan meningkatkan kualitas dan kepercayaan penelitian Anda. Ini menunjukkan komitmen Anda terhadap rigor akademis dan keakuratan ilmiah.

Solusi lain nya adalah dengan: Jika Anda memilih untuk tidak menggunakan sitasi, sangat penting untuk jelas menyatakan bahwa karakterisasi rezim sebagai “otoriter” adalah pandangan pribadi berdasarkan interpretasi Anda terhadap peristiwa dan bukan fakta yang diakui secara luas.