Dalam proses penyusunan kerangka skripsi, terdapat beberapa aspek penting yang perlu diperhatikan oleh setiap mahasiswa. Salah satu bagian krusial adalah tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka tidak hanya berfungsi sebagai landasan teoritis, tetapi juga menjadi dasar untuk memahami konteks penelitian yang akan dilakukan.
Namun, beberapa universitas atau program studi seringkali hanya meminta mahasiswa untuk menyertakan kajian teoretis saja, tanpa memerlukan studi empiris terdahulu dan identifikasi kesenjangan penelitian.
Meskipun hal ini mungkin memudahkan mahasiswa dalam tahap awal penyusunan skripsi, ada beberapa konsekuensi yang perlu dipertimbangkan.
Akibat Jika Tinjauan Pustaka Tidak Lengkap
Resiko tidak menyertakan studi empiris terdahulu
Studi empiris terdahulu memainkan peran penting dalam menguatkan argumen penelitian. Dengan menyertakan studi-studi tersebut, peneliti dapat menunjukkan bahwa topik yang dipilih telah diteliti sebelumnya, dan hasil-hasil dari penelitian terdahulu dapat dijadikan sebagai referensi yang kredibel. Selain itu, studi empiris terdahulu juga membantu mengidentifikasi metode dan pendekatan yang telah digunakan, sehingga peneliti dapat menghindari pengulangan dan fokus pada inovasi dalam penelitian.
Ketika tinjauan pustaka tidak menyertakan studi empiris terdahulu, mahasiswa kehilangan kesempatan untuk memperlihatkan bahwa topik yang diangkat memiliki dasar penelitian yang kuat. Hal ini dapat menyebabkan argumen penelitian menjadi kurang meyakinkan di mata pembaca atau penguji, karena tidak ada bukti empiris yang mendukung landasan teori yang digunakan.
Resiko tidak menyertakan Kesenjangan Penelitian
Identifikasi kesenjangan penelitian merupakan proses penting dalam tinjauan pustaka. Dengan mengidentifikasi kesenjangan, peneliti dapat menunjukkan bahwa ada aspek-aspek tertentu yang belum dijelaskan atau diteliti secara mendalam dalam penelitian sebelumnya. Ini memberikan kontribusi penting dalam menunjukkan keaslian dan relevansi penelitian yang dilakukan.
Tidak menyertakan identifikasi kesenjangan penelitian dapat berdampak pada validitas dan originalitas penelitian. Mahasiswa mungkin kesulitan menunjukkan kontribusi unik dari penelitian mereka karena tidak ada penjelasan mengenai area yang belum diteliti. Ini juga dapat mempengaruhi kualitas dan dampak penelitian secara keseluruhan, karena penelitian tersebut mungkin tidak menjawab pertanyaan atau masalah yang benar-benar signifikan.
Implikasi dan Dampak
Ketika tinjauan pustaka hanya terbatas pada kajian teoretis, mahasiswa mungkin menghadapi beberapa tantangan, antara lain:
- Kurangnya Kredibilitas: Penelitian yang tidak didukung oleh studi empiris terdahulu dapat dianggap kurang kredibel karena tidak memiliki basis empiris yang kuat.
- Kesulitan dalam Menyusun Hipotesis: Tanpa referensi dari studi empiris, menyusun hipotesis yang kuat dan relevan dapat menjadi tantangan tersendiri.
- Resiko Penelitian Redundan: Jika studi empiris terdahulu dan kesenjangan penelitian tidak diidentifikasi sejak awal, ada risiko bahwa penelitian yang dilakukan mungkin sudah pernah dilakukan oleh orang lain. Jika hal ini terjadi, peneliti harus mengubah keseluruhan isi konten skripsi di Bab 1 dan Bab 2. Bab 2 khususnya, yang membahas penelitian terkait, harus dirombak jika penelitian yang dilakukan tidak memberikan kontribusi signifikan atau hampir sama dengan penelitian terdahulu.
Solusi: Mencegah dan Menghadapi Resiko
Meski ada risiko tersebut, resiko ini sebenarnya jarang terjadi. Kebanyakan skripsi di Indonesia membahas topik yang sangat spesifik. Perbedaan kecil antara penelitian saat ini dengan penelitian sebelumnya biasanya masih dapat diterima sebagai pembeda. Oleh karena itu, meskipun tidak menyertakan studi empiris terdahulu dan identifikasi kesenjangan penelitian dalam kerangka skripsi awal dapat menciptakan resiko, resiko ini seringkali dapat diabaikan.
Kesimpulannya, meski ada potensi risiko dalam tidak menyertakan studi empiris terdahulu dan identifikasi kesenjangan penelitian, risiko tersebut jarang terjadi dan umumnya dapat diatasi atau diabaikan. Peneliti dapat menindaklanjuti hal-hal yang tidak disertakan dalam kerangka skripsi awal saat menyusun proposal skripsi.
Artikel ini sangat relevan dengan pengalaman saya dalam menyusun skripsi. Saya pernah menghadapi masalah yang sama, di mana tinjauan pustaka saya hanya mencakup kajian teoretis tanpa menyertakan studi empiris terdahulu dan kesenjangan penelitian.
Akibatnya, argumen penelitian saya terasa kurang kuat dan sulit menyusun hipotesis yang relevan. Selain itu, saya juga menghadapi risiko penelitian redundan, sehingga harus merevisi Bab 1 dan Bab 2.
Artikel ini mengingatkan saya betapa pentingnya menyertakan studi empiris dan mengidentifikasi kesenjangan penelitian dalam tinjauan pustaka.
Terima kasih atas komentarnya. Kami sangat menghargai Anda berbagi pengalaman pribadi yang memperkuat poin-poin yang disampaikan dalam artikel ini.
Memang, menyusun tinjauan pustaka yang lengkap dengan menyertakan studi empiris dan mengidentifikasi kesenjangan penelitian sangat krusial untuk meningkatkan kredibilitas dan validitas penelitian.
Semoga dengan pengalaman dan kesadaran ini, kita semua dapat lebih cermat dalam menyusun kerangka skripsi yang komprehensif.
Terima kasih telah berbagi!